Rabu, 16 Desember 2015

Sumber Kata Ida Sang Hyang Widhi Wasa



Sumber kata  Sang Hyang Widhi
OM Swastyastu,
Asal kata Sang Hyang Widdhi
Kata Sang Hyang Widdhi diciptakan pada tahun 1965? Pasti tidak! Kata Ida Sanghyang Widdhi Wasa sudah digunakan dalam Piagam Tjampuhan yang dibuat pada bulan Nopember 1961. Dalam pembukaan Piagam ini disebutkan, versi bahasa Indonesia: : Atas karunia Ida Sanghyang Widdhi Wasa kepada Pesamuhan Agung ini. Versi bahasa Bali : Saking paswetjan Ida Sanghyang Widdhi Wasa ring Pesamuhan Agung piniki.
Lalu dalam butir IV dari Dharma Agama disebutkan : Di dalam Tri-Kayangan harus diadakan Padmasana atau Sanggar Agung sebagai Sthana Ida Sanghyang Widddi Wasa Versi bhs Bali : Sajeroning Tri Kayangan patut kawentenang Padmasana wiadin Sanggar Agung maka Sthana IDA SANGHYANG WIDDHI WASA (aslinya huruf besar).
            Apakah berarti istilah Ida Sanghyang Widdhi Wasa diciptakan oleh para peserta Pesamuhan Agung pada bulan Nopember 1961? Tidak juga. Orang Kristen mengklaim istilah Sang Hyang Widdhi diciptakan oleh missionaries Kristen pada tahun 1930an. Tetapi tidak dijelaskan siapa misionaris yang menciptakan istilah ini.
            Pada waktu itu missionaries Kristen berasal dari tiga bangsa yaitu Belanda, AS, dan China. Siapa dari missionaries ini yang menciptakan istilah Sang Hhyang Widdhi ini. Hebat sekali orang-orang asing ini bisa menciptakan istilah yang begitu mudah diterima oleh penduduk lokal. Yang benar adalah missionaries itu, siapapun mereka, hanya memilih istilah itu dari istilah-istilah yang sudah ada, seperti Sang Hyang Paramakawi, Sang Hyang Tuduh dan Sang Hyang Widdhi, dan mereka memilih yang terakhir, Sang Hyang Widhi (dengan satu d).
            Fred B Eisman, Jr dalam bukunya Bali, Sekala & Niskala mencatat kata Widdhi (Widi) sendiri telah digunakan oleh masyarakat banyak pada waktu itu. Seorang bebotoh yang kalah akan berkata sing la widi (maksudnya sing ngelah widhi artinya tidak punya Tuhan), suatu ungkapan yang biasa digunakan bila seseorang menerima kemalangan. Kata Widi atau Widdhi, tentu tidak lahir dari peristiwa atau pemikiran atau perenungan para bebotoh. Kata ini sudah ada jauh sebelumnya, sehingga para bebotohpun lacar mengucapkannya. Kita dapat mencari asal usulnya di dalam bahasa sansekerta yaitu : Vidya yang memiliki banyak arti antara lain : knowledge, science, learning, scholarship, philosophy. Knowledge juga dipersonifikasikan dan diidentifikasikan dengan Durga (M. Monier illiams : A Sanskrit Engglish Dictionary). Di dalam kamus ini juga ada kata Viddhi yang artinya the act of piercing, perforating (tindakan menembus, melubangi).
Kemungkinan besar orang Hindu di Jawa dahulu mengambil kata Widdhi dari Widya, yang diberi arti Yang Maha Mengetahui. (coba iseng-iseng parhatikan komik Panji Koming di Kompas Minggu, yang menggambarkan masyarakat Majapahit, selalu menggunakan kata Sang Hyang Widdhi). Sedangkan kata Sanghyang atau Sang Hyang sudah ditemukan dalam naskah-naskah kuno seperti Slokantara, dan Wraspati Tattwa (Bali), Centini dan Dandang Gula (Jawa); Sanghyang Siksa Kandang Karesian dan Prasasti Sanghyang Tapak yang berangka tahun 1030 M (Sunda).
Sekarang ada sekelompok orang yang dengan fanatik menolak kata Ida dan Sang para sebutan Ida Sang Hyang Widdhi. Alasannya karena kata Ida dan Sang sudah dipakai nama soroh (sama juga dengan Dewa). Tapi ini alasan emosional yang hanya membikin bingung. Bagaimana dengan kata Widi atau Widhi yang juga sudah banyak dipakai nama orang?
            Kemudian kata Betara. Kita diberi tahu artinya Pelindung, tapi apa dasarnya? Tidak jelas. Dalam kamus sansekerta Inggris tersebut di atas yang terbit pertama kali tahun 1899 dan telah dicetak ulang 16 kali sampai tahun 2000, ada empat lema yang berkaitan dengan kata Betara, yaitu : Bhatta; Bhattaraka; Bhattara; Bhattaaraka (a panjang). Semua kata ini berarti orang yang dihormati, tuan, pangeran, guru. Hanya satu dari kata itu yang mengandung arti Dewa, selain orang; dan kata itu bukan Bhattara. Kata Bhattara sendiri artinya a noble lord atau Pudya, satu gelar kehormatan.
            Sayang sekali bila orang-orang Hindu, terlebih para pemukanya, apakah itu pengurus Parisada para pinandita, bahkan Pandita tidak mengerti asal-usul dan arti dari kata-kata yang begitu sentral dan begitu sering diucapkan baik secara formal maupun informal di kalangan umat Hindu bahkan juga di luarnya.
Om Santih. Santih, Santih Om
NPP.
From: "madra suta" (madra_suta@yahoo.com)
Date: Thu, March 29, 2007 09:56
To: hindu-dharma@itb.ac.id
Source : HDNet
Hindu-Indonesia.com
Data dan Informasi yang disajikan ini merupakan reproduksi dari dokumen aslinya,
berasal dari berbagai sumber. Jika ada karaguan mengenai isi agar
memperhatikan dokumen aslinya.
Copyright 2002-2004, hindu-indonesia.com, Kontak: okanila@okanila.brinkster.net

Tidak ada komentar:

Posting Komentar